Tuesday 16 October 2018

Bagaimana cara belajar bahasa jawa?

Pertanyaan di atas sering terlontar dari banyak orang. Bagaimana cara belajar bahasa jawa, tentu saja tidak hanya sekedar bergantung dengan apa yang ada di kelas sekolah saat ini.

Apabila kita tahu, bahasa itu ialah suatu benda yang bergerak. Bahasa menjadi hidup apabila ia digunakan dan hidup bersama kita. Bahasa itu tidak hanya sastra namun juga hidup di sela-sela kita. Apabila kita menggunakan dan berkeinginan menjadikannya seperti napas kita maka akan sulit untuk menguasasi bahasa.

Bahasa Jawa khususnya sudah lama vakum sebagai bahasa kerja sejak berdirinya Negara Indonesia. Lantas apakah maksudnya? Bahasa Jawa layaknya bahasa daerah yang lain menjadi dianggap tidak banyak berfungsi dan tidak berkembang selain menjadi bahasa 'pasar' semata. Pendidikan bahasa lama kelamaan memudar diperburuk dengan 'pelarangan' penggunaan aksara daerah dan penggunaan aksara Latin untuk bahasa daerah segera setelah Indonesia merdeka.

Lalu, setelah tahu bahwa bahasa Jawa sudah lama tidak digunakan dalam bidang formal apalagi bidang keilmuan, bagaimanakah kita menjadikan bahasa Jawa menjadi bahasa yang relevan tanpa merubah esensi dan keunikan dari bahasa Jawa sendiri? Kita dapat melihat melalui bahasa-bahasa lain yang sempat berkembang 'dengan sendirinya' di saat ilmu pengetahuan selaras berkembang di sekitarnya. Ada bahasa-bahasa Asia Timur yang menggunakan kosakata berdasarkan aksara Kanji yang umum dipergunakan selama berabad-abad (termasuk Korea dan Vietnam) dalam menerjemahkan konsep-konsep dan ilmu-ilmu asing menjadi sesuatu yang mudah dipahami tanpa mempelajari tiap kosakata sebagai sesuatu yang bermakna baru ataupun asing. Lalu, bahasa-bahasa di India serta Asia Tenggara yang banyak mempergunakan kosakata Sansekerta selama berabad-abad juga menggunakannya untuk menerjemahkan kosakata baru dari keilmuana baru yang sebelumnya tidak pernah mereka ketahui namun mudah dimengerti melalui kata-kata Sansekerta yang dipadupadankan ke dalamnya. Relevansi bahasa-bahasa di tempat-tempat di atas menjadi selaras akibat penghidupan bahasa dalam mengakomodasi ide-ide dan konsep-konsep pada jaman yang berkembang namun dengan menggunakan kosakata yang sudah umum diketahui selama berabad-abad dan dipadupadankan menjadi terus hidup. Hal tambahnya, bahasa tersebut hidup secara relevan tanpa tergerus jaman dan bahasa lain yang merubah bahasa asli secara tidak alami dan menggeser kosakata lama yang banyak dipergunakan, umum diketahui, serta dapat dipadupadankan.

Lalu selain relevansi dan menghidupkan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari apa lagi? Kita harus memahami setidaknya kosakata ngoko yang ada dalam bahasa Jawa. Kosakata ngoko ialah kosakata dasar yang pasti ada untuk setiap konsep secara umum. Sedangkan kosakata madya dan alus hanya ada pada kosakata tertentu. Apabila ngoko saja masih tercampur dengan kosakata bahasa lain, bagaimanakah kita dapat berbahasa Jawa dengan baik dan benar? Bagaimana kita akan menguasai bahasa Jawa? Jadi kita urutkan prioritas secara bertahap.

Lalu struktur bahasa Jawa yang unik seperti bahasa-bahasa lainnya harus kita pergunakan dan hidup saat kita mempergunakan bahasa Jawa. Caranya ialah kita harus mencelupkan diri atau pikiran kita melalui media-media ekspresi Jawa yang otentik seperti bacaan koran atau majalah di sastra.org, mendengarkan percakapan orang Jawa dipusat-pysat kebudayaan Jawa yang masih kuat dan lain-lain. Sebabtanpa hal ini kita belum benar-benar menguasai bajasa Jawa. Namun, kita harus mengingat prioritas kota secara bertahap. Mana yang kita utamakan dahulu secara persen jumlah dalam tahap-tahap waktu kita belajar.

Jadi untuk mengulas maka yang harus kita pelajari ialah kosakata dan relevansi menerus dalam kehidupan kita, kosakata ngoko, dan struktur kebahasaan yang hidup dan ada dalam bacaan-bacaan atau audio-audio (termasuk yang secara langsuny dari mulut) yang dalam keadaan otentik untuk kita pahami dan gunakan di kehidupan sehari-hari ketika berbahasa Jawa.





No comments:

Post a Comment