Friday 14 December 2018

Memahami kerangka bahasa Jawa

Setelah memahami bahwa pola kalimat bahasa Jawa relatif sama dengan bahasa Indonesia serta pentingnya pemahaman kosakata ngoko sebagai dasar dalam menguasai bahasa Jawa maka sekarang kita perlu mengetahui kerangka bahasa Jawa.

Kerangka bahasa Jawa ialah kerangka bahasa yang diwujudkan dalam tiga bagian pokok yaitu Ngoko (tidak formal - akrab), Madya (semiformal - cukup akrab), dan Krama (Formal - tidak akrab). Kerangka ini merupakan kerangka yang menyiratkan suasana (kondisi/situasi) dan hubungan antar pembicara.

Kerangka bahasa Jawa umumnya akan menjadi lebih khusus (spesifik) dengan pemilihan kosakata. Kosakata tersebut akan memberikan perubahan yang halus (subtle) atau kecil namun menjadi cukup penting dalam keluwesan (fleksibilitas) dari unsur pembicara, suasana, maupun faktor lainnya. Untuk membedakan, dalam blog ini istilah Ngoko, Madya, dan Krama digunakan untuk kerangka kebahasaan sedangkan untuk kosakata maka digunakan istilah lugu, têngahan, dan alus serta ditambah dengan andhap. Ada pula jenis kosakata inggil namun untuk sekarang tidak perlu dirisaukan terlebih dahulu.

Sekarang kita melihat contoh kerangka terlebih dahulu. Perlu dicatat bahwa perubahan kerangka merupakan dasar perubahakan yang paling dasar sebelum perubahan secara khusus (spesifik) yaitu dengan kosakata.

Contoh:

Awal: Saya makan apel tadi pagi di rumah.

Kerangka yang pertama kita pakai ialah ngoko. Karena subjek dari kalimat tersebut adalah /saya/ maka koosakata yang dipakai bervariasi dari lugu hingga têngahan sebab kita tidak boleh menyombongkan atau meinggikan diri kita sendiri.

Ngoko lugu
Ubah:  Aku mangan apêl mau esuk ing omah.

Semua kosakata diubah menjadi kosakata lugu.

Ngoko têngahan
Ubah: Aku maêm apêl mau esuk ing omah.

Kosakata yang dapat diubah menjadi têngahan ialah ... Tidak semua kosakata dapat diubah karena akan merubau suasana dasar dari ngoko yaitu akrab.

Apabila kita merubah subjek menjadi /kamu/ maka kita dapat menambah spesifikasi kosakata alus pada kosakata ngoko.

Ngoko alus
Ubah: Pañjênêngan wis dhahar apêl mau esuk ing dalêm.

Kosakata-kosakata utama boleh diubah menjadi alus yaitu subjek, predikat, dan benda yang dimiliki oleh subjek (rumah). Dengan ngoko alus kita meninggikan atau mengormati subjek namun tetap bersifat ngoko atau akrab (tidak formal) dengan tetap menuliskan kerangka seperti partikel, kata bantu, serta kata keterangan waktu dalam kosakata lugu.

Kerangka kedua yang akan kita pakai ialah kerangka madya. Pemilihan kosakata juga terbatas menjadi lugu dan têngahan oleh karena subjek kalimat yaitu /saya/.


Kerangka ketiga yant akan kita pakai ialah kerangka krama. Pemilihan kosakata sama?

Demikian uraian umum secara singkat mengenai kerangka dalam bahasa Jawa dan spesifikasi kosakata yang disesuaikan dengan pembicara, subjek, dan suasana serta faktor lainnya. Untuk lebih mendalami kerangka bahasa Jawa maka dapat melihat ke: ...

Sebelumnya...

Dasar Belajar Bahasa Jawa

Dasar belajar bahasa Jawa ialah penguasaan tata bahasa (meliputi pola kalimat) dan kosakata. Sama seperti bahasa lainnya, tata bahasa merupakan dasar untuk mengetahui ekspresi kebahasaaan. Akan tetapi, kosakata merupakan hal penting dalam komunikasi kebahasaaan untuk seterusnya.

Cara pertama ialah merubah tata bahasa menyesuaikan bahasa Jawa.

Contoh:

Awal: Saya membeli tas ke toko untuk keperluan sekolah.

Ubah: Saya membeli tas ke toko untuk keperluan sekolah.

Sama? Ya! Bahasa Jawa secara umum memiliki pola kalimat yang sama dengan bahasa Indonesia. Dengan ini, akan lebih mudah mempelajari bahasa Jawa pada langkah pertama. Tentu saja perbedaan akan selalu ada mengingat dua bahasa ini adalah dua bukan satu bahasa.

Selanjutnya, perubahan kosakata menjadi penting. Kosakata tinggal digeser ke bahasa Jawa. Sehingga pergeseran kosakata menjadi salah satu modal utama dalam mempelajari bahasa Jawa.

Contoh:

Awal: Saya pergi ke sekolah.

Ubah: Aku lunga mênyang pawiyatan.

Saya -> aku, pergi -> lunga, ke -> mênyang, sekolah -> pawiyatan.

Seperti yang terlihat, dengan penguasaan kosakata maka menguasai bahasa Jawa akan lebih mudah dengan menggeser kosakata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa oleh karena pola kalimat yang umumnya sama. Kosakata yang wajib diketahui ialah kosakata ngoko. Mengapa? Sebab kosakata ngoko merupakan dasar (basis) dari seluruh kosakata dalam bahasa Jawa. Tidak semua kosakata memiliki bentukan halus ataupun semihalus. Akan tetapi, semua kosakata pasti memiliki bentukan ngoko. Sehingga penting sekali untuk menguasai kosakata ngoko dengan cukup sebelum merambah ke kosakata lain sehingga dasar atau pokok bahasa Jawa sudah dikuasai terlebih dahulu. Selain itu perlu diingat bahwa apabila kosakata bahasa Jawa ngoko kita masih tercampur bahasa Indonesia dengan cukup sering maka hal itu berarti penguasaan ngoko kita belum baik dan perlu pemfokusan untuk daerah penguasaan kosakata ngoko. Sehingga apabila prioritas (hal utama) tersebut sudah dikuasai dengan baik maka kita dapat meloncat ke kosakata jenis lain yang jika ditotal lebih sedikit dari kosakata ngoko secara umum.

Latihan:

Awal: Saya pergi ke Surabaya dengan teman-teman.

Ubah:

Awal: Saya makan bakso dan meminum es kelapa muda saat siang hari.

Ubah:

Awal: Saya suka bermain dan membaca.

Ubah:

Awal: Saya bangga menjadi orang Indonesia.

Ubah:

Awal: Saya suka membatik dan bermain pantun.

Ubah:

Awal: Bersama teman-teman, kami selalu bahagia bercanda dan tertawa.

Ubah:

(Untuk kamus silahkan buka: Bausatra Indhonesiyah Jawi)

Selanjutnya...

Pitêmbung: Kompyuthêr

Kosakata - Komputer

Mouse: Panduduh
Kursor: tandha panah
Monitor: layar
Keyboard: papan tig
Charger: panyêtrum
Stop kontak: bolongan setrum
Adaptor: pangowah ilen/setrum
Ac: setrum ase (bali arah/bola bali)
Dc: setrum dhese (tunggal arah)
Usb: yuwesbi
Click: ndudul
Proyektor: panyitra
Screen: layar citra
Lubang konektor: bolongan panggathuk